Drs. Supriyadi, S.E., M.Pd.

STRATA NORMA DALAM KUMPULAN PUISI "DOA UNTUK ANAK CUCU" KARYA W.S. RENDRA

PENDAHULUAN Karya Sastra hanyalah salah satu genre dari sejumlah besar hasil peradaban manusia. Sebagai aktivitas kreatif, seperti karya seni yang lain, untuk memberikan kepuasan terhadap umat manusia, karya sastra memanfaatkan aspek keindahan. Oleh karena karya sastra menggunakan bahasa sebagai medium utama, maka aspek keindahan di evokasi melalui kemampuan medium tersebut. (Ratna,2013: 107). Puisi adalah salah satu genre atau jenis sastra. Memahami makna puisi atau sajak tidaklah mudah, lebih-lebih pada waktu sekarang, puisi makin komplek dan “aneh”. Jenis sastra puisi lain dari jenis sastra prosa. Prosa tampaknya lebih muda dipahami maknanya dari pada puisi. Hal ini disebabkan oleh bahasa prosa itu merupakan ucapan “biasa” sedangkan puisi itu ucapan “tidak biasa”. Biasa atau tidak biasa itu bila keduanya dihubungkan dengan tata bahasa normatif. Biasanya prosa itu mengikuti atau sesuai dengan struktur bahasa normatif, sedangkan puisi itu biasanya menyimpang dari tata bahasa normatif. (Pradopo,2012:278). Setiap pengarang mempunyai pengalaman tersendiri dalam melahirkan pikirannya untuk menciptakan kepuitisan karyanya dan menyampaikan pesan yang diingininya. Kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu W.S. Rendra merupakan ekspresi yang sarat akan pesan dan kepuitisan yang merupakan ciri khas tersendiri dibanding dengan puisi-puisi lainnya. Ketertarikan mengkaji karya-karya W.S. Rendra tidak terlepas dari ketokohan dan kualitas karya-karyanya. Hal ini terbukti dari beberapa pernyataan dari sastrawan-sastrawan Indonesia yang termuat dalam buku kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra, sebagai berikut. “Sastra itu bukan sekedar seni menyusun kata-kata, lebih penting lagi adalah bagaimana seseorang telah sampai pada pilihan kata-kata yang disusunnya itu – yakni bentuk perhatian seorang penulis kepada dunia dan kehidupan sekitarnya. Dalam hal Rendra, perhatian itu adalah kepedulian, keperpihakan, dan akhirnya keterlibatan, sehingga sastra baginya jelas bukanlah sekadar seni demi pertumbuhan seni itu sendiri. Dalam buku ini, sajak-sajak Rendra menjadi bukti tanggung jawabnya sebagai seorang penyair yang tidak lagi memburu keindahan permainan kata, melainkan keindahan perjuangan hidup manusia, yang sangat amat bias ditularkan oleh segenap susunan kata yang telah dipilihnya. Sebagaimana yang telah dimungkinkan oleh sajak Rendra sebelumnya”. (Seno Gumirah Ajidarma, penulis). “Rendra adalah sosok pejuang kemanusiaan dan kebudayaan dengan senjata kata-kata. Dia sosok besar yang piawai merangkai fenomena dalam kalimat-kalimat bernas. Disuntikkannya semangat dan gairah melawan dalam setiap pintalan baris. Membaca puisi-puisinya bagaikan tersengat percikan bara yang berusaha mempertahankan nyalanya di tengah serbuan hawa dingin.” (Prof. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidatullah). Kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya WS Rendra sebagaimana puisi pada umumnya terdiri atas beberapa lapis (Strata). Setiap lapis akan menimbulkan lapis-lapis di bawahnya. Analisis Roman Ingarden di dalam bukunya Das Literarische Kuntswerk (Pradopo, 2012; 14-20) menyebutkan lima lapisan tersebut, yaitu lapis suara (Sound stratum), lapis arti (units of meaning), lapis ketiga, lapis keempat dan lapis kelima. Pradopo(2012: 14) mengemukakan strata norma menurut Roman Ingarden sebagai berikut: a. Lapis bunyi (sound stratum). Suara sebagai konvensi bahasa, disusun sedemikian rupa hingga menimbulkan arti. Sehingga suara itu tidak hanya sekadar suara tidak berarti. Dengan adanya suara-suara itu, akan bisa ditangkap artinya atau maksud dari puisi tersebut. b. Lapis arti (unit of meaning), yaitu berupa rangkaian fonem, suku kata, kata, frase, dan kalimat. Semuanya merupakan satuan-satuan arti. c. Lapis yang berupa latar, pelaku, objek-objek yang dikemukakan, dan dunia pengarang yang berupa cerita atau lukisan. d. Lapis “dunia” yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan, tetapi terkandung dalamnya (implied). e. Lapis metafisis, berupa sifat-sifat metafisis yang sublim, tragis, mengerikan atau menakutkan, dan suci. Melalui sifat-sifat seni ini dapat memberikan renungan atau kontemplasi kepada pembaca Penelitian terhadap puisi-puisi WS Rendra dalam kumpulan puisi “Doa untuk Anak Cucu” sebagaimana fokus penelitian yaitu mendeskripsikan lapis bunyi, lapis arti, lapis yang berupa latar, pelaku, objek-objek yang dikemukakan, dan dunia pengarang yang berupa cerita atau lukisan , lapis dunia dan lapis metafisis didasarkan pada strata norma Roman Ingarden dengan pendekatan penelitian hermenutik. Istilah hermeneutika (Inggris: hermeneutics) pertama kali diperkenalkan ke dalam kebudayaan barat (Eropa) dalam bentuk kata Latin hermeneutica oleh seorang teolog dari Strasbourg bernama Johann Dannhauer. Dannhauer memakainya dalam pengertian disiplin yang diperlukan setiap ilmu yang mendasarkan keabsahannya pada teks. (Muzir,2012:61) Bagi Ricoeur , hermeneutika adalah teori tentang peraturan yang menentukan suatu eksegesis, interpretasi suatu bagian teks atau kumpulan tanda yang dapat dianggap sebagai sebuah teks. Hermeneutika adalah proses penguraian yang bertolak dari isi dan makna yang tampak, kepada makna yang tersembunyi. (Mulyono,2012:24) Hermeneutik merupakan teori baru tentang interpretasi. Hermeneutik yang semula hanya digunakan untuk menafsirkan teks-teks Bibel dan kini telah banyak digunakan untuk menafsirkan karya-karya manusia baik berupa sastra maupun nonsastra (Palmer, 2005: 4 & 21). Berdasarkan uraian di atas, yaitu kemanfaatan puisi bagi masyarakat, kompleksitas puisi dan ketokohan W.S Rendra serta kualitas karya-karyanya, teori-teori tentang strata norma Roman Ingarden dan hermeneutik, serta belum adanya penelitian tentang strata norma dalam kumpulan puisi “Doa Untuk Anak Cucu” karya W.S. Rendra, maka perlu adanya penelitian yang lebih mendalam, sistematis, dan praktis guna mendiskripsikan tentang strata norma dalam kumpulan puisi “Doa untuk Anak Cucu” karya W.S. Rendra.

Silahkan download :

1. Strata Norma Dalam Kumpulan Puisi “Doa Untuk Anak Cucu” Karya W.S. Rendra